PENGANTAR
A. Orientasi
Kesehatan Mental
Saparinah Sadli,
mengemukakan tiga orientasi dalam kesehatan jiwa, yaitu:
1. Orientasi
Klasik
Orientasi klasik ini banyak digunakan dalam dunia kedokteran,
termasuk psikiatri. Menurut pandangan orientasi klasik, individu yang sehat
adalah individu yang tidak mempunyai keluhan tertentu, seperti ketegangan, rasa
lelah, cemas, rendah diri, atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan
perasaan “sakit” atau “perasaan tak sehat”, serta mengganggu efisiensi dan
efektifitas kegiatan sehari-hari. Individu yang sehat adalah individu yang
tidak mempunyai keluhan secara fisik dan mental. Sehat fisik merujuk pada tidak
adanya keluhan secara fisik, dan sehat mental merujuk pada tidak adanya keluhan
secara mental.
2. Orientasi
Penyesuaian Diri
Pandangan yang digunakan sebagai landasan orientasi penyesuaian diri
adalah pendekatan yang menegaskan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk
yang sehat secara mental. Dengan pandangan ini penentuan sehat atau sakit
mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental. Selain itu, berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental dipahami sebagai kondisi
kepribadian individu secara utuh. Penentuan derajat kesehatan mental bukan
hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan individu dalam lingkungannya. Kesehatan mental seseorang sangat
erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat dimana individu
hidup, masalah-masalah hidup yang dialami, peran sosial dan
pencapaian-pencapaian sosialnya.
Kesehatan
mental merupakan kemampuan individu untuk secara aktif menyesuaikan diri sesuai
tuntutan kenyataan di sekitarnya, yang merujuk pada tuntutan yang berasal dari
masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Penyesuaian diri ini tidak mengakibatkan perubahan kepribadian,
stabilitas diri tetap terjaga, dan tetap memiliki otonomi diri. Individu dapat menerima
apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan
pegangan normatif yang ia miliki. Individu yang sehat akan melihat realitas
terhadap masalah yang dihadapinya dan bagaimana kondisi dirinya berkaitan
dengan masalah itu sebelum menentukan tindakan yang akan diambil. Individu yang
sehat memiliki kemampuan memahami realitas internal dan eksternal dirinya. Ia
tidak bereaksi secara mekanik atau kompulsif-repetitif tetapi merespons secara
realistis dan berorientasi pada masalah.
3. Orientasi
Pengembangan Potensi
Menurut pandangan ini, kesehatan mental terjadi bila potensi-potensi
kreatifitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap
dapat berkembang secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi dirinya
sendiri dan lingkungan disekitarnya. Individu dianggap mencapai taraf kesehatan
mental, bila ia mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya
menuju kedewasaan sehingga dapat dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Individu yang
sehat mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan
memanfaatkan potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang
positif-konstruktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya. Pemanfaatan
dan pengembangan potensi ini dapat dipergunakan dalam kegiatan dan kehidupan
sehari-hari.
B. Konsep Sehat
konsep sehat
didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang
berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki. Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang hampir sama tapi
berbeda.Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktoryang berusaha
mempengaruhinya.
menurut White (1977),
sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak
mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan
sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
Sehat dapat
dikatakan, sutatu kondisi normal (baik) secara fisik , emosi (EQ), intelektual
(IQ)l, spritual (SQ) dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat
tentang dimensi sehat, berikut pemahamannya:
- Fisik
Dikatakan sehat bila
secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak
kekurangan sesuatu apapun.
- Emosi
Orang yang sehat
secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan
mengeskpresikan perasaan (marah, sedih atau senang) secara tidak berlebihan.
Mampu mendisiplinkan diri.
- Intelektual
Dikatakan sehat
secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang
baik mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan masalah
atau mengambil keputusan.
- Spiritual
Sementara orang yang
sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan
jiwa dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih
tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga
bisa berfikir rasional.
- Sosial
Sehat secara social
dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan
sekitarnya, serta mampu untuk bekerja sama.
C. Sejarah
Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah perkembangan
kesehatan mental pertama kali itu pada jaman nenek moyang yang mengalami
gangguan mental seperti halnya homo sapiens sendiri . Mereka mengalami
kecelakaan dan demam yang merusak mental . Jadilah manusia yang dengan rasa
putus asa selalu berusaha buat menjelaskan tentang penyakit mental. Zaman
dahulu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah setan, roh-roh jahat
dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam
penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai
besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha melalukan
perbaikan dalam mengatasi orng-orang yg mengalami gangguan mental.
Sejarah kesehatan
mental tidaklah sejelas sejarah ilmu kedokteran ini terutama karna masalah
mental bukan merupakan masalah fisik yang dengan mudah dapat diamati dan
terlihat. Hal ini lebih karna mereka sehari-hari hidup bersama sehingga tingkah
laku yang mengindikasikan gangguan mental dianggap hal yang biasa bukan lagi
sebagai gangguan. Kesehatan mental ungkapan ini diciptakan oleh W. Swetster di
tahun 1843, dan penuh dengan konten yang sebenarnya melalui "pribadi"
pengalaman berkumpul oleh ahli asuransi Beers Amerika. Tujuannya adalah untuk memastikan
perawatan yang lebih manusiawi dari sakit mental, cara bagaimana tujuannya ini
dilakukan dalam konteks yang lebih luas melampaui domain perawatan kesehatan
tidak bisa disebut hanya kejiwaan.
Kesehatan mental
mulai berkembang sejak perang dunia ke II .Sejak awal perang dunia ke II
kesehatan mental bukan lagi suatu istilah yang asing bagi orang - orang .Dalam
bidang kesehatan mental kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah
terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya
mengatasinya sejalan dengan peradaban. Namun seiring jaman yang semakin maju
dan perkembangan ilmu pengetahuan Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke
dari Inggris, mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang
terganggu mentalnya.
- Zaman Prasejarah
Pada zamannya,
manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik
seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi penyakit mental
pada saat itu benar benar ditangani cara pandang mereka adalah merawatnya
sama seperti penyakit fisik, karena berfikir bahwa mental dan fisik disebabkan
oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera
musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan untuk penyakit bauk mental maupun
fisik adalah seperti menggosok, menjilat, menghisap, memotong dan membalut.
Atau dengan cara lain yang terpikirkan oleh kawan-kawannya,
pemimpin-pemimpinnya, atau ia sendiri seperti menggunakan salep, mantera, obat
keras dan sihir.Tetapi masih diperlakukan secara manusiawi.
- Peradaban Awal
Di Mesopotamia,
penyakit mental dihubungkan dengan roh atau setan dan perawatannya dilakukan
dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh si pasien.
Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan rasional.
Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai suatu hukuman dari
Tuhan dan hanya diobati dengan bertaubat. Tapi perhatian orang Yahudi juga
memperhatikannya dari segi kemanusiaan dan ilmu kedokteran, bahkan pada tahun 490
M didirikan rumah sakit di Yerusalem untuk para pasien penyakit
mental.Tapi sampai sejaarah modern belakangan ini, sumbangan sumbangan yang
besar terhadap kesehatan fisik dan mental manusia datang dari orang Yunani.
Beberapa pandangan dalam pemikiran Yunani yang sangat penting yaitu dengan
dilakukannya penelitian dan terminologi psikiatri modern.
- Abad Pertengahan
Pada abad
pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak kebiasaan
yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak dilanjutkan,dan hal
yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan
kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang yang
mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan
jimat-jimat.pada tahun 1600an (dan sebelumnya) : Orang yang sakit
secara mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan” yang
mengalami gangguan mental dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu
penyembuhannyapun juga melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal
dengan istilah dukun.
- Zaman Renaisans
Zaman ini tepatnya
digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab
rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di
Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit
mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit
fisik.Tahun 1724 : Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah kejiwaan
yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus mematahkan
takhayul yang berkembang selama ini.
- Abad XVII - Abad XX
Disini dipusatkan
pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis
system. Tahun 1812 : Benjamin Rush menjadi orang pertama yang mencoba
menangani penyakit mental secara manusiawi. Llu itu di Inggris, muncul
optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori dan
teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam
prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat launpun muncul masa
terapi pesimisme.Tahun 1908 : Clifford Beers yang pernah menjadi
pasien rumah sakit jiwa dengan penanganan yang benar maupun yang salah
mengeluarkan buiku “A Mind That Found Itself”. Buku tersebut langsung
memberikan efek yaitu menyebarkan visinya mengenai gerakan kesehatan mental.
Beers lalu mendirikan Masyarakat Connecticut yang merupakan akar dari Asosiasi
Kesehatan Mental Nasional. Dan pada tahun 1950 diteruskan untuk
melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan
mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
A. Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah
cabang ilmu yang di kembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya ,
sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa :
o Pada alam pikiran tidak sadar dan
kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak
o Individu bersifat egois , tidak
bermoral dan tidak mau tahu kenyataan
o Manusia sebagai ho,o valens
dengan berbagai dorongan dan keinginan
o motif-morif dan konflik tak sadar
adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
o Manusia di dorong oleh dorongan
seksual agresif
Dalam teori
psikoanalisa nya freud menjelaskan tentang struktur kepribadian individu,
struktur kepribadian tersusuan atas 3 sistem pokok, yakni:
o Id
Id berisikan segala
sesuatu yang secara psikologis ada sejak lahir dan merupakan reservoir
energi psikis. ID berhubungan erat dengan proses - proses jasmaniah
darimana id mendapatkan energinya. id memiliki 2 proses yaitu proses primer dan
tindakan refleksi. id terdiri dari dorongan - dorangan biologis seperti makan,
sex dan agresifitas.
o Ego
Ego timbul
karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai
dengan dunia kenyataan objektif. Perbedaan pokok antara id dan ego adalah id
hanya mengenal kenyataan subjektif-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal
-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.
Ego disebut juga sebagai eksekutif kepribadian karena ego mengontrol
pintu-pintu arah tindakan, memilih segi lingkungan kemana ia akan membri respon
dan memutuskan insting mana yang akan dipuaskan.
o Superego
Superego adalah
perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat.
Superego juga mencerminkan yang ideal, bukan yang real, memperjuangkan
kesempurnaan dan bukan kenikmatan. superego disebut juga sebagai wasit tingkah
laku.
Sumbangan terbesar
Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak sadar
dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama yang
belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar
terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
o Alam Tidak Sadar
Alam tidak sadar
menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita
sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita.
Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak
menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya seorang
pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak
benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat
tidak rasional. Dorongan tidak sadar ini muncul di alam bawah sadar setelah
menjalani transformasi tertentu. Contohnya, seseorang dapat mengekspresikan
dorongan erotis atau keinginan untuk melukai orang lain dengan cara menggoga
atau mengolok-olok orang lain.
o Alam Bawah Sadar
Alam bawah
sadar ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul
kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar
ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious
perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat,
akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke
pemikiran lain. Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam
tidak sadar. Sedangkan sejumlah gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk
ke alam sadar karena bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap,
ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat
o Alam Sadar
Alam sadar, yang
memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai
elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua
pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar yaitu
sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia
luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari
luar. Sumber kedua bagi elemen alam sadar ini datang dari dalam struktur mental
dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam bawah sadar
maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi
yang berasal dari alam tidak sadar.
B. Aliran Humanistik
Aliran ini berkembang
pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan
aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada
humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia
adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada
pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Menurut aliran
humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif. Ciri dari kepribadian sehat adalah
mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu
mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu
memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang
menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas
martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi
humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat
mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga
harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara
potensial menghambat.
C. Pendapat Fromm
Menurut Erich Fromm,
manusia adalah makhluk sosial. Berdasar pada pendapat tersebut, maka salah
satu ciri pribadi yang sehat berarti adanya kemampuan untuk hidup dalam
masyarakat sosial. Masyarakat sangat penting peranannya dalam membentuk
kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses sosial
di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat
adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi. Kepribadian sehat
menurut Eric from adalah penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat merupakan
kompromi antara kebutuhan kebutuahn batin dan tuntutan dari luar dan seseorang
menerapkan kerakter sosial untuk memenuhi harapan masyarakat kepribadian sehat
juga adanya keinginan untuk mencintai dan di cinta
Menurut Fromm, ada
lima watak social di dalam masyarakat :
1. Penerimaan
2.
Penimbunan
3.
Penjualan/pemasaran
4.
Penghisapan/pemerasan
5.
Produktif.
Ciri-ciri kepribadian
sehat menurut fromm :
- Cinta yang Produktif
Cinta yang produktif
menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan
pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian
memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu
pertumbuhan dan perkembangan mereka.
- Pikiran yang Produktif
Pikiran yang
produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir
produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir
yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa
semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana
pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara
objektif seluruh masalah.
- Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan
prestasi kita yang paling hebat.
- Suara Hati
Fromm membedakan dua
tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
KONSEP
PENYESUAIAN DIRI
Penyesuaian dapat
diartikan atau dideskripsikan sebagai adaptasi dapat mempertahankan
eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan
jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan
tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas,
yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip. Penyesuaian
sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan
mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala
macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. Individu
memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang memenuhi syarat.
Penyesuaian sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional
maksudnya ialah secara positif memiliki responss emosional yang tepat pada
setiap situasi. Disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk
mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa
penyesuaian yang sempurna tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna
terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antaradirinya
dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan
di mana semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Dalam proses
penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi, dan individu
didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari
ketegangan.
Menurut Schneider (dalam
Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan
kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis
yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian
dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri
individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut
pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi
individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara
konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
pada dasarnya,
penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan
penyesuaian social.
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian diri
adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang
harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya
siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak
objektif sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya. Keberhasilan penyesuaian
diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci tidak adanya keinginan untuk
lari dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi pada dirinya. Sebaliknya,
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh kegoncangan dan emosi, kecemasan,
ketidak puasan, dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat
adanya jarak pemisah antara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan
oleh lingkungannya.
2. Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan
seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompoknya pada khususnya. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses
saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus yang silih
berganti. Dari proses tersebut, timbul pola kebudayaan dan pola tingkah laku
yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai, dan norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan istilah proses
penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkungan hubungan social
ditempat individu itu hidup dan berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hubungan dengan anggota keluarga,
masyarakat sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum.
Daftar pustaka
- Basuki,Heru. 2008. Psikologi
Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.