STRESS
a. Arti penting stress
Menurut J.P Chaplin dalam kamus lengkap psikologi
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan tertekan, baik
secara fisik maupun pikologis. Hal senada diungkapkan dalam Atkinson
(1983), stress terjadi ketika orang dihadapkan dengan persitiwa yang mereka
rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial,
lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stress dinamakan stressor. Sementara
reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakanrespon stress, atau
secara singkat disebut stress.
Menurut Lazzarus 1999 “stress adalah rasa cemas atau terancam yang
timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai
melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”
(“Stress is the anxious or threatening feeling that comes when we interpret or
appraise a situation as being more than our psychological resources can
adequately handle”).
b. Tipe-tipe stres
psikologis
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin
mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam
pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang
memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu
ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi. Frustasi ada yang
bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,
bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain-lain.
Konflik
Konflik
ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat
untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk
konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict,
avoidant-avoidant conflict, approach-avoidant conflict
·
approach-approach
conflict adalah suatu konflik antara dua tujuan yang positif ,
tujuan-tujuan secraa bersama itu mempunyai daya tarik yang sama. Misalnya:
suatu konflik psikologis muncul ketika seseorang lapar dan ngantuk pada saat
yang sama.
·
avoidant-avoidant
conflict adalah konflik yang melibatkan dua tujuan negatif, dan
ini suatu pengalaman yang biasa. Misalnya: seorang siswa harus belajar untuk
dua hari berikutnya untuk satu ujian atau mendapatkan kegagalan.
·
approach-avoidant
conflict adalah konflik yang paling sulit dipecahkan. Dalam
jenis konflik ini, seseorang tertarik dan menolak objek tujuan yang sama.
Karena valensi positif dari tujuan ini, orang mendekatinya; tetapi jika
didekati, valensi negatifnya semakin kuat. Jika, pada satu titik mendekati
tujuan, aspek-aspek yang menghambat menjadi lebih kuat daripada aspek-aspek
positif, orang akan menghentikan usahanya sebelum mencapai tujuan. Karena
tujuan tidak tercapai individu bias menjadi frustasi.
Tekanan
Tekanan
timbul dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri
individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan juga berasal dari luar diri
individu, misalnya seorang teman yang memaksa kita agar memberi contekan disaat
ujian berlangsung.
Kecemasan
Kecemasan
adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti “khawatir”,
“prihatin”, “tegang”, dan “takut” yang dialami oleh semua manusia tetapi dengan
kadar dan tingkatan yang berbeda-beda. Misalnya seorang anak yang sering
dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika
ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut
belum tentu marah padanya.
c. Symptom-reducing
respons terhadap stres
- Mekanisme Pertahanan Diri -
ª Indentifikasi
Indentifikasi
dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri
orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya
sendiri. Misalnya seorang anak perempuan yang menganggap ibunya memiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang halus, suka berdandan dan
sebagainya, maka anak perempuan tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
ibunya.
ª Kompensasi
Seorang
individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan
kepuasaan dibidang lain. Misalnya Riza memiliki nilai yang buruk dalam
pelajaran Fisika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
ª Pembentukan
Reaksi/ Reaction Formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang ibu yang membenci
anaknya karena kehadiran anak tadi tidak diinginkan sehingga ibu tadi ingin
membunuh anaknya, namun sang ibu malah bertindak sebaliknya, ia sangat
menyayangi anaknya.
ª Sublimasi
Sublimasi
adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam
menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif.
Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan
derajatnya lebih tinggi. Misalnya korupsi adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan oleh norma-norma masyarakta atau agama. Agar tidak dianggap sebagai
koruptor wawan mengamalkan sebagian hasil korupsinya untuk membantu anak yatim
piatu.
ª Proyeksi
Proyeksi
adalah proses pertahanan yang secara langsung tidak disadari dan dimana
individu yang bersangkutan itu tidak mau menyadari/mengakui. Misalnya Tito
membenci Toni, namun karena toni adalah kaka kandungnya, maka Tito mengatakan
bahwa Toni yang membenci dia.
ª Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria
tersebut ke dalam pribadinya.
ª Reaksi
Konversi
Secara
singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya
menjadi pucat berkeringat.
ª Represi
Represi
adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya
seorang mahasiswa bertemu dengan wanita cantik, putih dan seksi. Namun setelah
disadari ternyata wanita cantik itu adalah dosennya yang telah bersuami.
Sehingga gairahnya tadi ditekan kea lam tidak sadar.
ª Supresi
Supresi
yaitu menekan konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu
tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan
berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
ª Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh
karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
ª Fantasi
Fantasi
adalah kemampuan mental untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau
bayangan-bayanagan baru. (Walgito, 2004:139). Misalnya seorang wanita yang
tidak memiliki uang untuk pergi ke paris ia melamunkan berbagai fantasi dirinya
seolah-olah sedang berada di paris.
ª Negativisme
Negativisme
adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan dengan perilaku tidak
terpuji. Misalnya seorang teman yang mengajak Rika mencuri, namun Rika
menolaknya.
ª Sikap
Mengritik Orang Lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalnya seorang karyawan yang
berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
d. Pendekatan problem
solving terhadap stress
Problem
Solving
Kita
mengalahkan stress dengan cara menyelesaikan problem stressor (hal yang membuat
stress itu). Misalnya, kita stress karena menderita suatu penyakit, maka kita
menyelesaikan masalah dengan berobat sehingga penyakit kita bisa sembuh. Atau
bisa juga dengan mengusahakan agar kita bisa menyesuaikan diri dengan situasi
yang terjadi (bila situasinya sendiri tidak bisa dirubah).
_Meningkatkan
Toleransi Stress_
Mengarahkan
diri pada kegiatan yang posotif, bisa secara psikis maupun fisik, misalnya
secara psikis: menyadari bahwa didalam kehidupan semua orang pernah mengalami
stress, walaupun dalam bentuk dan tingkat yang berbeda-beda. Secara fisik:
berolahraga dipagi hari, membaca komik lucu atau menonton hiburan di Tv,
melakukan wisata alam, mengkonsumsi makanan yang bisa meralaksasi seperti
coklat.
Menghilangkan
stress mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazurus dan Folkman penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk,
yaitu :
·
problem focused coping (Coping yang
berfokus pada masalah) adalah istilah Lazurus untuk strategi kognitif
untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
·
problem focused coping (Coping yang
berfokus pada emosi) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan
stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
Hubungan Interpersonal
a. Model-model hubungan interpersonal
Ada 4 model hubungan interpersonal
yaitu meliputi :
- Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena
mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.Thibault dan Kelley,
dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai
berikut: “Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa
setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanyaselama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan biaya”.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap
akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan.
Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai
yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif
yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang
dapat menimbulkan efek-efek tidak menyenangkan.
- Model peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara.Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai
naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan
dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan
peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
- Model permainan
Model menggunakan pendekatan analisis
transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu
terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini
dibagi dalam 3 bagian yaitu :
- Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang
merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang
dianggap sebagi orang tua).
- Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang
mengolah informasi secara rasional)
- Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari
perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi,
spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
Pada interaksi individu menggunakan
salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan
salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit
dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri
menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
- Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat
strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem
yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara dan
mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan
diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan
bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.Secara singkat
model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
b. Pembentukan kesan dan ketertarikan
interpersonal
Pembentukan kesan
Menurut Sears dkk. (1992) individu
cenderung membentuk kesan panjang lebar atau orang lain berdasarkan informasi
yang terbatas. Hanya dengan melihat dari potret atau secara langsung selama
beberapa menit saja, seseorang sudah cenderung menilai sebagian besar karekter
orang yang diamatinya tersebut. Beberapa orang tidak percaya dengan pendapat
ini, mesiki demikian individu umumnya menilai orang lain dari segi intelegensi,
usia, latar belakang, ras, agama, pendidikan, kejujuran, dan sebagainya.
- Evaluasi : Kesan Pertama.
Menurut Sears dkk. (1992) aspek pertama
yang paling penting dan kuat adalah evaluasi: apakah kita akan menyukai
seseorang atau tidak? Kesan awal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi
seperti : dia mungkin ingin bersahabat, senang ngobrol, periang, atau ramah.
Secara formal dimensi evaluatif
merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang
mengorganisasiikan kesan gabungan tentang orang lain. Terdapat banyak
penelitian yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan dimensi
dasar terpenting dari persepsi seseorang. Rosenberg, Nelson, dan Vivekanathan
(dalam Sears dkk,1992) menemukan bahwa orang mengevaluasi orang lain sesuai
dengan kualitas intelektual atau yang berhubungan dengan tugas terpisah mereka,
dan kualitas sosial atau hubungan interpersonal mereka, paling tidak untuk
beberapa waktu. Meski demikian perbedaan ini tidak merubah ciri dasarnya yaitu:
manusia pertama-tama akan berpikir sesuai dengan rasa suka atau tidak suka jika
melihat orang lain.
- Kesan Menyeluruh.
Untuk menjelaskan bagaimana orang
mengevaluasi terhadap orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima
secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh tersebut
menjadi dua, yaitu:
- Model penyamarataan –> Model penyamarataan
menyatakan bahwa individu dapat menyusun potongan-potongan informasi yang
terpisah-pisah menjadi suatu kesan menyeluruh yang sederhana
- Model menambahkan –> Model menambahkan menyatakan
bahwa individu mempersatukan potongan-potongan informasi yang terpisah
dengan jalan menambahkan nilai ukutan dan bukannya dengan membuat rata-rata.
- Konsistensi
Individu cenderung membentuk
karekteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski
hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara
konsisten dari kedalamannya. Karena evaluasi merupakan dimensi paling penting
di dalam persepsi manusia, sehingga kita cenderung akan menilai “baik” dan
“buruk”, dan bukan keduanya (Sears dkk, 1992).
Berdasarkan evaluasi dengan pendekatan
ini, maka kita akan melihat ciri lain yang konsisten dengannya. Jika seseorang
bersifat menyenangkan, dia harus menarik, cerdas, murah hati, dan seterusnya.
Sementara bila buruk, maka dia harus licik, berwajah buruk, dan aneh.
Kecenderungan terhada konsistensi ini disebut “Efek Halo”. Di dalam efek halo,
orang yang telah dilabel selalu baik selalu dikelilingi oleh suasana positif
dan kebalikannya pada orang yang dilabel buruk selalu dipandang memiliki
kualitas yang buruk (Efek Halo Negatif) (Sears dkk., 1992)
- Prasangka Positif
Prasangka positif menurut Sears dkk.
(1992) adalah kecenderungan menilai otang lain secara positif sehingga
mengalahkan evaluasi negatif. Misalnya pada studi dimana mahasiswa sebagian
besar memberikan nilai positif terhadap profesornya dengan nilai di atas
rata-rata, meski para mahasiswa tersebut telah mengalami berbagai pengalaman
baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan profesornya selama
kuliahnya. Ada hipotesis rasional muncul untuk berprasangka secara positif,
yang oleh Matlin dan Stang (dalam Sears dkk., 1992) disebut sebagai prinsip
Pollyana. Berdasarkan pendapat ini, maka orang akan merasa lebih senang
apabila dikelilingi oleh hal-hal yang baik, pengalaman yang menyenangkan,
masyarakat yang ramah, cuaca yang cerah, dan sebagaimya. Bahkan ketika mereka
sakit atau rumahnya runtuh sekalipun, mereka akan tetap menilai situasi selalu
baik.
Ketertarikan Interpersonal
Setelah perjumpaan awal, perhatian kita
sering kali terfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang
tercipta berdasarkan daya tarik awal untuk selanjutnya akan dapat menimbulkan
keintiman dan bahkan cinta. Para ahli psikologi ternyata telah banyak mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal
ini disebabkan karena manusia akan berusaha untuk memprioritaskan hubungan antarpribadi
sepanjang hidupnya. Kecenderungan untuk berafiliasi (keinginan untuk berada
bersama dengan orang lain) memang cukup kuat bagi kebanyakan orang. Hal ini
sebenarnya sudah terjadi semenjak masa bayi, dimana bayi mulai membangun rasa
kasih sayang yang kuat pada satu orang dewasa atau lebih. Beberapa prinsip yang
berusaha menjelaskan mengapa akhirnya kita memutuskan untuk berteman atau tidak
berteman dengan orang lain adalah:
- Penguatan: kita menyukai orang lain
dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap
kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan
banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain
yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
- Pertukaran Sosial: rasa suka kita pada orang
lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang
diberikan seseorang kepada kita. Kita menyukai seseorang apabila kita
mempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu sifatnya menguntungkan,
yaitu apabila ganjaran yang akan kita terima lebih besar dari pada
kerugiannya. Teori ini juga menekankan bahwa kita membuat penilaian
komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang
dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears
dkk., 1992)
- Asosiasi: kita menjadi suka kepada
orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus
dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman
buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992).
Selain itu ada juga faktor-faktor yang
mempengaruhi ketertarikan interpersonal yaitu :
- Karakter Pribadi
Para ahli telah berusaha
mengidentifikasikan beberapa karakteristik umum yang mempengaruhi rasa suka
seseorang kepada orang lain, yaitu ketulusan, kehangatan personal (terlihat
hangat dan ramah ketika membicarakan suatu hal, memuji ataupun menyetujuinya),
kompetensi, daya tarik fisik.
- Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama
dengan kita dalam sukap, nilai, minat, hobby, latar belakang dan kepribadian.
- Keakraban
Keakraban dapat ditingkatkan dengan
kedekatan. Menurut penelitian Zajonc dkk, menunjukkan bahwa makin sering subjek
melihat suatu wajah, semakin besar rasa suka mereka terhadap wajah tersebut dan
semakin besar kemungkinan mereka untuk menyukai orang lain.
- Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu
prediktor terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah
seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Menurut Schiffenbauer dan Achiavo
(dalam Atkinson dkk., 1992) kedekatan hanya meningkatkan intensitas reaksi
awal. Akan tetapi karena seringkali perjumpaan pertama menyangkut hal-hal yang
paling netral sampai yang menyenangkan, hasil kedekatan yang paling sering
dapat dipertahankan adalah persahabatan. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan
antara kedekatan dan daya tarik interpersonal yaitu kedekatan biasanya
meningkatkan keakraban, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan, orang yang
dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh (Sears dkk.,
1992)
c. Intimasi dan hubungan pribadi
- Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi
sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan
kekeluargaan.
- Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi
sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan
akan kebutuhannya terhadap orang lain.
- Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan
intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang
didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk
memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat
sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
- Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988)
merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan
yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling
berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan
dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih
bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan,
pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan
terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan
merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang
yang dekat dengannya.
- Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah
pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan
antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. .
Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling
berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini
membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa
yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal
tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling
menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang
lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
Jadi intimasi adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk menjalin hubungan yang dekat atau akrab dengan
orang lain dengan menunjukkan perasaan saling percaya, saling berbagi
(keterbukaan diri), adanya hubungan timbal balik dan terbentuknya komitmen
dalam suatu hubungan.
Keintiman memiliki arti kelekatan
personal kepada individu lain, dimana pasangan tersebut saling berbagi
pemikiran dan perasaan terdalamnya. Sedangkan hubungan personal (intim)
merupakan hubungan yang memiliki kedekatan emosional antara dua orang atau
lebih, seperti dengan teman, kekasih, sahabat, yang mungkin atau tidak
melibatkan keintiman baik secara fisik atau seksual. Berdasarkan pendekatan
dalam Teori Hubungan Interpersonal, keintiman dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Fair-exchange model. Keintiman
merupakan hubungan satu sama lain tidak menghitung untung-rugi, antar
pasangan saling memberi dan menerima secara spontan di mana satu sama lain
merasa terpuaskan.
- Transactional analysis model. Keintiman
melibatkan kasih sayang, game-free transactionantar pasangan,
dengan sedikit manipulasi di antara keduanya.
- Role model.Keintiman
diharapkan sebagai hubungan personal yang kaya, memiliki komunikasi yang
terbuka antara pasangan, dan keterlibatan mendalam secara emosional
melebihi peran-peran lain yang diharapkan.
Sumber:
Basuki, A.M. Heru. (2008). Psikologi
Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Supratiknya, A. (1978). Psikologi
Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius.
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro.
(1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Universitas Gunadarma.